Selasa, 22 November 2011

Bukan Mental Pecundang

Pencak silat bukan hanya sebagai ajang olah raga. Lebih dari itu, pencak silat merupakan ajang olah jiwa. Secara khusus, para pesilat yang berkecimpung di dalam PS Persinas ASAD telah lama mengenal kaidah ini: "manusia yang kuat adalah mereka yang mampu menahan diri". Artinya, mental yang kuat itu lebih diutamakan daripada fisik yang kuat. Meski suatu keniscahyaan dan keutamaan tersendiri apabila Tuhan menganugerahi keduanya secara bersamaan.

Maksud penulis adalah, jika manusia hanya mengandalkan kekuatan fisik, kemungkinan ia hanya dapat mempertahankan setidaknya 10 hingga 20 tahun saja. Dan setelah itu ia akan masuk kedalam fase usia lanjut/uzur. Namun dibalik itu, jiwa, semangat, mental tidak akan pernah padam apabila sedari usia muda terbiasa mengolahnya agar senantiasa kuat dan tahan uji, meski fisik sudah kurang mumpuni untuk berprestasi lagi di bidang olah raga.

Sebut saja Marina Segedi (47 tahun - detikcom), seorang mantan atlet pencak silat yang pernah mengharumkan bangsa Indonesia di ajang SEA GAMES 1981 Filipina, saat ini mengais rezeki dengan cara menjadi sopir taksi. Tanpa pernah mengeluh dan meminta belas kasihan kepada orang lain ia mencoba terus bertahan hidup sambil menghidupi 2 orang anaknya. Luar biasa, mengingat ia adalah seorang perempuan dan juga single parent. Meski pada akhirnya Tuhan berkehendak lain, ia ditakdirkan bertemu dengan seorang pegawai Kemenpora. Setelah proses panjang, toh akhirnya ia mendapat subsidi rumah tinggal dari Kemenpora sebesar Rp 125 juta. Hal yang patut disyukuri, mengingat tidak semua mantan atlet nasional menemui nasib yang lebih baik daripada Marina.

Penulis merasa perlu mengangkat kisah heroik ini, karena bagi penulis ia bukan hanya simbol, lebih dari itu ia merupakan contoh nyata figur seorang 'wanita super' asli Indonesia abad ini, melebihi wonder woman atau xena yang tak lain hanya bisa 'action' di dunia fiksi.



Marina Segedi (47 tahun) mantan atlet silat nasional

Memang beberapa kali kita sering menemui kasus mantan atlet nasional yang saat ini hidupnya jauh dari kata layak dan dilupakan oleh pemerintah. Namun beribu alasan seperti itu tidak perlu menyurutkan semangat untuk menorehkan prestasi setinggi-tingginya.

Bagi para atlet PS Persinas ASAD, duniawi bukanlah suatu pencapaian akhir yang dituju. Lebih daripada itu, masih ada faktor lain yang tetap membuat para atlet PS Persinas ASAD tetap bersemangat, baik ketika kalah, menang, atau terlupakan. Selebihnya, karena PS Persinas ASAD bukan tempat yang cocok untuk para pecundang. © 2011 (tg)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar