
"Sejak hari pertama Eka memang terlihat tegang", jelas Agung Sujatmiko, salah satu anggota Dewan Pelatih Pusat PS Persinas ASAD yang sering disapa Kiko, menanggapi faktor eksternal kekalahan Eka Yulianto atas Pham Van Ty, atlet silat asal Vietnam. "Dengan tingkat ketegangan seperti itu secara psikologi, teknik sehebat apapun yang dilatih menjadi percuma. Tidak mampu bermain lepas", tambahnya.
Mengenai teknik bertanding, pandangan berbeda dilontarkan oleh beberapa pengurus PB Persinas ASAD semisal Sani Agung Widodo dan Janu Permana, menilai bahwa seharusnya Eka Yulianto mengadopsi teknik Cikaret yang konon sudah lama diadopsi oleh para pesilat Vietnam. Hal ini dianggap demikian karena mereka (Vietnam) sudah lama menggunakan jasa pelatih silat terkenal asal Indonesia, Oong Maryono, yang secara diam-diam sudah lama menguasai beberapa teknik serang Cikaret. "Selain teknik seharusnya IPSI juga mulai mempergunakan cara Vietnam dalam memperlakukan para atletnya. Mereka (Vietnam) sangat fokus, atlet yang diturunkan untuk ajang SEA GAMES, ya memang khusus hanya untuk SEA GAMES saja. Untuk ajang lain, mereka menurunkan pesilat yang berbeda", tegas Janu Permana, salah satu praktisi pencak silat asal Jakarta Selatan.
Apapun hasilnya, Persinas ASAD tetap merasa bangga bahwa beberapa atletnya mempunyai andil nyata dalam mengharumkan bangsa dan negara lewat ajang 2 tahunan ini. Semoga saja kekalahan ini menjadi pelecut bagi saudara kita Eka Yulianto untuk menjadi semakin baik di masa mendatang. Toh kalah atau menang adalah hal yang biasa dalam sebuah kompetisi. Lagian ini bukan kiamat, kan?. © 2011
gambar: ilustrasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar